Setiap orang tua umumnya selalu ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Banyak orang tua yang senantiasa memperhatikan kebutuhan anak-anaknya mulai dari makanan yang bergizi, waktu tidur yang sesuai, pendidikan yang bermutu, lingkungan pertemanan yang baik, dan memberikan dukungan sosial dalam berbagai bentuk. Ini merupakan kebutuhan umum yang tentunya selalu menjadi perhatian bagi orang tua. Namun terkadang orang tua sering lupa bahwa anak juga memiliki kebutuhan psikologis tertentu.
Bagaimana dampaknya apabila orang tua mengabaikan kebutuhan psikologis anak? Tentu saja dampaknya bisa beragam ya. Pada setiap kasus tentu juga akan berbeda karena setiap anak akan punya kisah dan konteksnya sendiri. Namun secara garis besar apabila orang tua terus mengabaikan kebutuhan psikologis anak, anak bisa saja tumbuh menjadi pribadi yang punya masalah dalam komunikasi, kontrol emosi, gambar atau kepercayaan diri, kemampuan pemecahan masalah, keberanian dalam mengambil keputusan, masalah dalam attachment, dan bisa ada berbagai dampak psikologis lainnya.
Mungkin sebagian dari kalian bertanya-tanya "Apa iya efeknya sesignifikan itu?" Jawabannya adalah iya, pada dasarnya pengalaman seseorang di masa kecil punya dampak yang signifikan kepada kehidupannya bahkan ketika dewasa.
Kita pakai saja satu contoh sederhana. Bayangkan ada seorang anak kecil yang terus-menerus dikritik karena berbagai hal seperti "Kamu sangat berantakan"; "Kamu terus bersikap nakal"; "Mengapa nilaimu lebih rendah dari temanmu?"; "Kamu harus bisa membanggakan orang tuamu"; "Anak mama harus kuat, tidak boleh menangis" dan berbagai kalimat-kalimat serupa yang kerap kali diucapkan orang tua baik secara sadar ataupun tidak. Tentunya ini bisa berdampak kepada kepercayaan diri anak kedepannya. Anak tersebut bisa saja kelak bertumbuh dengan selalu merasa bahwa dirinya "kurang".
Tentu saja ini hanya contoh sederhana, dan banyak hal lain yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Skenario barusan merupakan contoh kasus umum yang sering ditemukan pada individu dewasa yang mempunyai masalah dalam kepercayaan diri. Pada kasus ini dapat dilihat bahwa sesungguhnya ada kebutuhan psikologis anak yang tidak terpenuhi seperti kebutuhan atas emotional validation dan juga unconditional love and acceptance.
Sebagai orang tua, perlu menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan psikologis itu tidak kalah penting dibandingkan kebutuhan atas makanan ataupun pendidikan. Oleh karena itu, berikut merupakan 5 kebutuhan psikologis anak yang patut menjadi perhatian buat para orang tua:
Physical safety and security
Kebutuhan pertama ini merupakan salah satu kebutuhan dasar anak. Tentunya anak mempunyai kebutuhan untuk tumbuh dalam lingkungan yang memberikan rasa aman baginya. Apabila lingkungan anak bertumbuh merupakan lingkungan yang aman, maka anak akan bisa melakukan eksplorasi dengan baik dan membantu dia untuk bertumbuh menjadi pribadi yang optimis, punya daya juang yang tinggi, dan dapat membangun interaksi yang baik dengan lingkungan. Seringkali, para orang tua mungkin berpikir bahwa "Oh, lingkungan anak saya aman kok, tidak ada bahaya yang mengancam", dan tentu saja keamanan di sini memang dipengaruhi oleh ada atau tidaknya ancaman eksternal seperti keamanan lingkungan ya. Apabila anak tumbuh dalam lingkungan penuh dengan role model yang tidak baik, maka ini akan berpegaruh negatif terhadap anak. Namun tidak hanya itu, keamanan di sini juga dipengaruhi oleh kondisi internal dari keluarga anak tersebut. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang orang tuanya sering bertengkar atau bahkan bersikap agresif juga bisa merasa tidak aman. Pada beberapa kasus, perasaan tidak aman ini juga bisa muncul ketika orang tua bersikap terlalu overprotective.
Stability and consistency
Kebutuhan kedua berbicara mengenai stabilitas dan konsistensi. Pada dasarnya setiap anak membutuhkan kestabilan dalam tingkat tertentu. Inilah mengapa sepanjang masa perkembangan anak, rutinitas dan jadwal yang stabil bisa berdampak kepada perkembangan psikologisnya. Hal ini juga memengaruhi kedisiplinan, daya juang, dan kontrol diri sang anak. Bahkan sejak bayi, konsistensi dalam jadwal tidur, menyusui, bahkan lingkungan tempat dia bertumbuh akan mempengaruhi rasa aman sang bayi. Apabila rutinitasnya berubah atau lingkungannya berubah, bayi tersembut akan cenderung merasa tidak aman dan akhirnya menangis.
Unconditional love and acceptance
Kebutuhan ketiga berbicara mengenai kasih dan penerimaan tanpa syarat. Tentunya mayoritas orang tua akan berpikir bahwa mereka telah memberikan kasih sayang dan penerimaan terhadap anaknya. Namun sayangnya terkadang orang tua tidak menyadari bahwa mungkin mereka menyampaikan kasih sayangnya dengan syarat tertentu. Apakah kamu pernah mendengar atau bahkan menyampaikan komentar seperti "Nah gitu dong pintar, kalau kamu pintar mama/papa sayang", "Mama/papa sayang sama kamu kalau kamu rajin, kalau kamu gak rajin mama/papa gak mau", "Anak mama/papa harus bisa jadi kebanggaan keluarga ini", atau "Anak mama/papa harus kuat, gak boleh cengeng, kalau gak cengeng nanti mama/papa sayang". Terkadang komentar seperti ini sering keluar dari mulut orang tua. Tentu saja mayoritas orang tua tidak memberikan komentar tersebut dengan intensi buruk. Bahkan mungkin ini hanya mengulang komentar yang juga mereka terima sewaktu anak-anak. Namun komentar seperti ini berisiko untuk membuat anak berpikir bahwa dia baru dikasihi dan disayangi apabila dia memenuhi kriteria tertentu.
Apabila anak baru merasa bahwa dia dikasihi dan diterima karena memenuhi kriteria tertentu, contohnya ketika dia juara kelas, otomatis ketika anak gagal menjadi juara kelas dia akan berpikir bahwa dia tidak dikasihi. Hal ini bisa pelan-pelan berdampak kepada kepercayaan dan keberhargaan diri anak. Idealnya orang tua dapat menerima dan mengasihi anak terlepas dari berbagai kondisinya, hal ini bisa dimulai dengan memperhatikan komentar yang terkadang diucapkan oleh orang tua.
Empathy and understanding
Kebutuhan keempat berbicara mengenai empati dan pengertian. Perhatikan bahwa disini, kata yang digunakan adalah empati, dan bukan sekedar simpati. Berbeda dengan simpati yang hanya melambangkan rasa iba kepada orang lain, empati mengacu kepada upaya kita untuk melihat, mengerti, dan merasakan apa yang orang itu alami dari sudut pandang orang tersebut. Secara sederhana melihat dan merasakan seperti kita yang berada dalam sepatu orang tersebut.
Sayangnya banyak orang tua yang lupa untuk menunjukkan empati dan pengertian terhadap anaknya. Bahkan terkadang orang tua cenderung menyepelekan permasalahan anaknya. Hal ini sering terjadi karena memang permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak dan remaja cenderung lebih sederhana dan tidak serumit permasalahan orang dewasa. Namun dari sudut pandang anak tersebut, tentu saja itu permasalahan yang besar bagi mereka. Sesungguhnya, yang bisa menentukan intensitas besar dan kecil suatu permasalahan itu adalah orang yang mengalami permasalahan itu. Sebagai pihak yang tidak mengalami, kita bisa saja punya pemikiran bahwa permasalahan itu tidak sebesar yang dipikirkan oleh anak kita, namun ini tidak membenarkan perilaku menyepelekan yang beberapa orang tua tunjukkan.
Emotional validation
Kebutuhan kelima dan terakhir merupakan kebutuhan atas validasi emosi. Kebutuhan kelima ini sesungguhnya erat kaitannya dengan kebutuhan keempat. Validasi emosi berbicara bahwa kita mengerti apa yang anak kita rasakan, dan merupakan hal yang normal untuk dia mengalami gejolak emosi tertentu. Apabila orang tua tidak memberikan validasi emosi kepada anaknya, maka anak tersebut akan cenderung tumbuh emang kesadaran dan kontrol emosi yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena dalam proses pertumbuhannya anak merasa "Emosi yang saya rasakan itu tidak benar" atau bahkan "Saya bodoh apabila saya merasakan emosi tertentu". Umumnya pemikiran ini muncul karena ketika anak mencoba menyampaikan emosinya, orang tua cenderung mengabaikan dan tidak membantu anak memproses emosi tersebut. Akibatnya anak pelan-pelan belajar untuk mengabaikan dan menyembunyikan perasaannya juga. Nah itulah lima kebutuhan anak yang kerap kali diabaikan oleh orang tua. Umumnya orang tua tidak memenuhi kebutuhan tersebut bukan karena faktor kesengajaan, namun ini mungkin merupakan cara mengasuh dan merawat anak yang juga mereka pelajari dari orang tua mereka. Terkadang hal ini juga bisa terjadi karena orang tua tidak mempunyai pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut. Tentu saja terkadang mungkin orang tua juga tidak mengetahui cara-cara yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun para orang tua tidak perlu khawatir, pada dasarnya tidak ada cara spesial untuk memenuhi kelima kebutuhan tersebut, orang tua hanya perlu belajar untuk lebih banyak mendengarkan, berempati, dan mengerti apa yang terjadi dalam diri anak.
コメント