top of page

Baby Blues and Post-Partum Depression: The Hidden Struggles of New Motherhood

  • Writer: Frida Condinata
    Frida Condinata
  • May 26
  • 3 min read

Baby and mom

Eüdiance disini siapa yang baru saja menjadi seorang Ibu? Benar-benar suatu peran baru yang sangat menantang. Meskipun ada perasaan senang, tetapi kenapa ada yang mengganjal ya? Seperti rasa sedih, rasa khawatir, ataupun perasaan ada sesuatu yang berbeda tetapi sulit dideskripsikan? Menjadi seorang Ibu adalah pengalaman yang penuh suka dan duka. Kelahiran sang buah hati menghadirkan rasa bahagia, tetapi membawa tantangan emosional yang besar juga. Banyak Ibu baru yang mengalami perubahan suasana hati yang cukup signifikan. Terdapat dua kondisi yang cukup sering muncul adalah baby blues dan depresi pasca melahirkan (post-partum depression). Keduanya sering kali disalahartikan sebagai hal yang sama, padahal memiliki perbedaan penting dalam gejala, durasi, serta dampaknya terhadap kesehatan mental seorang Ibu.

 

Apa Itu Baby Blues?

Baby blues adalah kondisi emosional sementara yang dialami oleh sebagian besar Ibu baru. Diperkirakan sekitar 50–80% Ibu mengalaminya setelah melahirkan (O’Hara & Wisner, 2014).

Gejalanya meliputi:

  • Perubahan suasana hati yang cepat (mood swing)

  • Mudah menangis tanpa sebab jelas

  • Merasa cemas atau gelisah berlebihan

  • Sulit untuk tidur meskipun bayi sedang tidur

  • Perasaan tidak mampu menjadi ibu yang baik

 

Durasi Baby Blues

Gejala biasanya mulai muncul dalam 2–3 hari setelah persalinan dan dapat bertahan hingga 10–14 hari. Kondisi ini cenderung membaik dengan dukungan dari pasangan (support system) dan lingkungan yang cenderung kondusif.


Penyebab Baby Blues

Perubahan hormon estrogen dan progesteron yang drastis setelah melahirkan, kurang tidur, rasa lelah yang berlebihan, dan tuntutan menjadi ibu baru menjadi pemicu utama.


Apa Itu Depresi Pasca Melahirkan (Post-Partum Depression)?

Berbeda dengan baby blues, depresi pasca melahirkan adalah gangguan psikologis yang lebih serius dan berkepanjangan. Sekitar 10–20% ibu mengalami kondisi ini (O’Hara & McCabe, 2013) dan sering kali tidak disadari atau tidak segera ditangani.

Gejalanya meliputi:

  • Rasa sedih mendalam yang tak kunjung membaik

  • Kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasanya menyenangkan (demotivasi)

  • Kesulitan menjalin kedekatan emosional dengan bayi (muncul rasa benci atau tidak suka)

  • Pikiran negatif tentang diri sendiri atau peran sebagai Ibu

  • Permasalahan tidur dan makan, bahkan saat bayi sedang tenang

  • Memiliki pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya

 

Durasi Post-Partum Depression

Gejala berlangsung lebih dari dua minggu dan secara signifikan memengaruhi kemampuan ibu untuk menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk merawat bayinya.


Penyebab Post-Partum Depression

Riwayat gangguan psikologis sebelumnya, komplikasi kehamilan, kurangnya dukungan sosial, lingkungan yang kurang kondusif (stressor), dan pengalaman melahirkan yang traumatis.

 

Perbedaan Baby Blues dengan Post-Partum Depression

Perbedaan antara baby blues dan post-partum depression terletak di intensitas gejala yang dialami oleh seorang Ibu dan durasi dari gejala tersebut. Masing-masing kondisi juga memiliki pendekatan yang berbeda dalam penanganannya. Gejala dari baby blues cenderung akan menurun ketika mendapatkan dukungan emosional yang suportif, tetapi kondisi yang sudah berkembang menjadi post-partum depression memerlukan bantuan profesional berupa konseling psikologis, psikoterapi ataupun psikofarmakologi (jika dibutuhkan).

 

Bagaimana membantu seorang Ibu yang mengalami kondisi baby blues?

Keluarga, terutama pasangan, memegang peran penting dalam mendukung Ibu yang baru melahirkan. Bentuk dukungan yang dapat diberikan, berupa:

  • Memberikan ruang untuk Ibu istirahat ataupun me time

  • Mendengarkan keluhan Ibu tanpa menyalahkan, pasangan dapat menjadi active listener ketika new mom sedang memiliki rasa khawatir atau takut

  • Pasangan perlu membantu tugas rumah tangga dan membantu mengurus bayi.

  • Mengajak Ibu untuk berbicara, jalan santai, atau melakukan aktivitas ringan bersama, seperti menonton bersama.

 

Pada saat gejala yang dirasakan oleh seorang Ibu semakin intens, destruktif, dan berkepanjangan (lebih dari 2 minggu), maka sebaiknya mencari bantuan profesional agar gejala yang dialami tidak semakin parah dan destruktif bagi kesehatan mental Ibu dan bayinya. Penanganan dini dapat mencegah dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental ibu dan perkembangan anak.

 

Baby blues dan post-partum depression merupakan dua kondisi yang berbeda. Penting bagi ibu, keluarga, terutama pasangan untuk memahami gejala dan dampaknya. Dukungan sosial yang kuat, dan deteksi dini yang tepat, dapat membuat gejala yang dirasakan oleh seorang Ibu menurun dan tentunya dapat menjalani peran barunya dengan lebih percaya diri dan sehat secara emosional.

 

 

 

bottom of page