top of page
  • Writer's pictureFrida Condinata

Respecting Each Other's Space: The Importance of Personal Boundaries in Relationships


Boundaries in Relationships

Selama berpacaran, mungkin terkadang kamu merasa kurang nyaman dengan pasangan. Perasaan kurang nyaman tersebut dapat berasal dari berbagai faktor, misalnya pasangan meminta kamu untuk bercerita, namun kamu sendiri belum sepenuhnya merasa nyaman untuk terbuka dengan pasangan. Nah, hal tersebut biasanya disebut dengan boundaries.


Boundaries adalah suatu batasan yang dibuat oleh seseorang dalam berinteraksi sosial. Seseorang akan memberikan batasan mana yang masih dapat diterima dan batasan mana yang tidak dapat diterima kepada orang lain.


Salah satu konsep yang lekat dibahas terkait dengan boundaries adalah attachment style (pola kelekatan). Adapun attachment style adalah konsep yang menjelaskan pola atau gaya seseorang dalam berelasi dengan orang lain yang sudah terbentuk sejak kecil. Terdapat beberapa attachment style, yaitu:

  1. Secure: Memiliki boundaries yang adaptif, dapat saling mempercayai pasangan dan dapat saling memberikan dorongan satu sama lain, serta memiliki konflik resolusi yang baik.

  2. Anxious: Adanya rasa ketakutan akan ditinggal, sangat membutuhkan validasi, dan bergantung terhadap pasangan.

  3. Avoidant-Fearful: Adanya rasa takut akan penolakan, kesulitan untuk mempercayai dan bersandar pada pasangan.

  4. Avoidant-Dismissive: Tidak ingin menunjukkan kelemahannya dan menolak untuk dekat dengan seseorang, memiliki rasa takut akan komitmen, serta sangat melindungi dirinya dan tidak ingin membuka hati kepada orang lain.

Jenis kelekatan yang dimiliki ini mempengaruhi batasan-batasan yang diinginkan oleh seseorang. Boundaries belum tentu merupakan hal yang buruk. Adanya boundaries dapat membentuk hubungan yang sehat dan seimbang untuk menjaga kesejahteraan psikologis setiap pasangan.


Berikut, terdapat beberapa jenis boundaries dalam menjalin relasi romantis yang dapat dibentuk:

  1. Physical Boundaries Membantu kamu tetap nyaman dan aman, tidak hanya saat kamu berhadapan dengan orang asing, namun juga saat kamu berinteraksi dengan orang-orang terdekat. Misalnya, menyampaikan kepada orang lain bahwa kamu kurang menyukai pelukan ataupun berpegangan tangan di depan umum.

  2. Sexual Boundaries Dapat berupa meminta persetujuan sebelum berhubungan intim secara fisik, sekaligus memastikan tingkat kenyamanan pasangan kamu saat berhubungan seksual. Pasangan mampu mengkomunikasikan apa yang ia tidak inginkan ketika berhubungan seksual.

  3. Emotional Boundaries Memastikan bahwa orang lain menghormati kesejahteraan emosional dan tingkat kenyamanan dalam diri kamu. Saat menetapkan batasan emosional, kamu dapat menyampaikan "Saya tidak ingin membicarakan topik ini, saya masih kurang nyaman untuk membahas topik ini sekarang."

  4. Material/Financial Boundaries Aspek ini berkaitan dengan material, seperti uang, pakaian, mobil, atau rumah. Terkadang, terdapat orang-orang yang merasa sulit menolak atau menyampaikan "tidak" ketika menghadapi orang lain yang ingin meminjam barangnya. Maka dari itu, sangat penting untuk belajar menolak terlebih ketika kamu sedang tidak dalam kapasitas materi/finansial yang cukup baik, atau bahkan sampai mengorbankan diri sendiri. Remember, it’s okay to say no!

  5. Time Boundaries Aspek ini mengajarkan kamu untuk fokus pada prioritas diri sendiri di tempat kerja dan kehidupan pribadi tanpa merasa terkekang oleh kebutuhan dan keinginan orang lain. Pada saat berpacaran, setiap orang berhak memiliki me time ketika dibutuhkan, tentunya dalam batas waktu yang masih wajar. Hal ini perlu dikomunikasikan kepada pasangan agar pasangan kamu dapat mengerti.

 

Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa komunikasi sangat berperan penting dalam membentuk suatu batasan kepada orang lain maupun pasangan. Tanpa mengkomunikasikan apa yang kamu inginkan dan tidak inginkan, maka akan sulit bagi pasanganmu untuk mengerti. Jadi, Eüdiance, sangatlah penting menyampaikan dengan baik kepada pasangan apa yang kita inginkan ya!

 

So, what is unhealthy boundaries? Sebenarnya, unhealthy boundaries merupakan hal yang sangat subjektif dan berada dalam area abu-abu. Tetapi pada dasarnya, apapun yang bersifat berlebihan bersifat tidak sehat. Sebagai contohnya:

  1. Terlalu menempel kepada pasangan selama 24 jam, atau terlalu menarik diri menjadi contoh dari attachment style yang tidak secure.

  2. Kurang mengenal diri sendiri, sehingga sering me-label diri sendiri sesuai dengan masukan pasangan atau orang lain.

  3. Merasa kebahagiaan orang lain merupakan tanggung jawab kamu dan kesulitan dalam menyampaikan apa yang diinginkan kepada pasangan.

  4. Terlalu mengatur pasangan.

Dan masih banyak lagi contoh unhealthy boundaries lainnya..


So Eüdiance, do you have healthy or unhealthy boundaries?

 

13 views0 comments

Comments


bottom of page