top of page

Pentingnya Regulasi Emosi Bagi Remaja

  • Writer: Jordyano Marcho Hong Diyanto
    Jordyano Marcho Hong Diyanto
  • Apr 25
  • 5 min read

Updated: May 7


Expression

Regulasi emosi merupakan salah satu keterampilan penting yang perlu dimiliki oleh manusia. Regulasi emosi ini punya peranan yang penting dalam membantu individu menghadapi permasalahannya, membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, serta dapat mengekspresikan dirinya dengan tepat. Nah mungkin kamu bertanya-tanya sebenarnya apa itu regulasi emosi?


Regulasi emosi secara umum didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur dan mengelola respona emosional yang dimiliki individu (Young et al., 2019). Tentunya regulasi emosi ini bukan hanya bicara mengenai emosi negatif seperti marah dan sedih tapi juga mengenai emosi positif seperti perasaan senang dan bersemangat. Jadi regulasi emosi bukan hanya bicara mengenai mengontrol kemarahan ya, tapi juga mengontrol serta mengekspresikan berbagai spektrum emosi yang ada. Inilah mengapa dalam proses seseorang belajar mengenai regulasi emosi, seseorang perlu belajar untuk mengenali berbagai emosi yang ada.


Mengapa Regulasi Emosi itu Penting?

Kamu mungkin bertanya-tanya mengapa regulasi emosi merupakan keterampilan yang penting untuk dimiliki. Nah berikut merupakan 6 manfaat dari mempunyai regulasi emosi yang baik!

  1. Membuat keputusan dengan lebih baik. Dengan mempunyai regulasi emosi yang baik, itu akan mencegah kita membuat keputusan secara impulsif. Regulasi emosi membantu individu untuk membuat keputusan secara objektif dan tidak emosional sehingga lebih mungkin untuk kita menghindari membuat keputusan yang salah.

  2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Seseorang dengan regulasi emosi yang baik cenderung mempunyai pemecahan masalah yang lebih baik juga. Hal ini karena individu dapat memahami dan memproses gejolak emosi yang terjadi dalam dirinya. Melalui proses pengelolahan emosi itu, individu dapat menghindari perilaku destruktif yang didorong oleh emosi tidak terkontrol.

  3. Membangun relasi yang positif. Regulasi yang baik akan membantu individu untuk dapat membangun relasi yang lebih positif. Hal ini disebabkan karena individu mempunyai kemampuan untuk memahami sumber yang menjadi pemicu reaksi emosi tertentu, lebih dapat mengendalikan emosi tersebut, dan dapat mengkomunikasikan emosi tersebut kepada orang sekitarnya dengan lebih baik.

  4. Meningkatkan kesadaran diri. Melalui pengembangan regulasi emosi yang baik, seseorang dapat mempunyai kesadaran diri yang lebih tinggi. Individu tersebut dapat memahami perilaku yang dipengaruhi oleh gejolak emosi yang dia rasakan. Individu juga lebih menyadari ketika dirinya merasa cemas, stres, tertekan, sedih, ataupun berbagai emosi lainnya sehingga lebih mudah baginya untuk mencari solusi bagi permasalahannya.

  5. Meningkatkan resiliensi dan adaptive coping. Individu dengan regulasi emosi yang baik cenderung mempunyai resiliensi dan kemampuan coping yang lebih baik. Artinya individu lebih mampu menghadapi berbagai masalah dan kegagalan namun tetap mampu bersikap adaptif serta bangkit dari permasalahan tersebut.

  6. Peningkatan performa kerja ataupun akademik. Individu dengan regulasi emosi yang baik cenderung mempunyai performa kerja ataupun performa akademik yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena individu lebih dapat meregulasi dirinya dengan lebih baik ketika berhadapan dengan kesulitan ataupun permasalahan yang bisa menghambat performa. Individu dengan regulasi emosi yang baik juga dapat menjaga tingkat motivasi yang optimal sehingga mampu menunjukkan performa yang lebih tinggi.


Mengapa Regulasi Emosi Sangat Penting Bagi Remaja

Apabila kamu masih terus membaca sampai sini maka kamu mungkin bertanya-tanya mengapa regulasi emosi penting bagi remaja. Tentunya keterampilan regulasi emosi penting untuk berbagai kalangan usia. Namun ada berbagai faktor yang membuat skill ini sangat penting untuk dimiliki oleh remaja. Hal ini berkaitan dengan tahap perkembangan remaja yang memang sedang mengalami berbagai perubahan baik dari segi perkembangan sosial, emosional, ataupun kognitif.


Memasuki masa remaja, seseorang biasanya mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Inilah mengapa remaja kerap kali tampil sebagai pribadi yang cenderung emosional, impulsif, tidak berpikir panjang, menjaga jarak dengan orang tua dan lebih dekat ke lingkungan pertemanan, serta lebih beresiko untuk menunjukkan perilaku bermasalah seperti merokok, penggunaan minuman beralkohol, terlibat pertengkaran, dan juga kenakalan remaja lainnya.


Situasi inilah yang membuat regulasi emosi menjadi keterampilan yang perlu dibentuk bagi remaja. Dengan melatih keterampilan regulasi emosi di remaja, mereka dapat melalui tahap perkembangannya dengan lebih baik. Regulasi emosi juga membantu remaja untuk menghindari permasalahan psikologis tertentu dan membantunya dalam proses pencarian jati diri. Terutama karena 75% gangguan kesehatan mental umumnya akan pertama kali terdeteksi sebelum individu berusia 25 tahun (Morrish et al., 2018).  Tidak berhenti disitu, regulasi emosi ini juga akan menjadi keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja nanti. Dengan kata lain, tahapan remaja menjadi salah satu kesempatan yang baik untuk melatih keterampilan regulasi emosi individu.


Teknik-teknik Regulasi Emosi

Ada berbagai teknik regulasi emosi yang bisa dilakukan oleh individu. Teknik ini bisa dipraktikan oleh individu dari berbagai latar belakang budaya ataupun usia. Beberapa teknik regulasi yang bisa kamu coba adalah:

  1. Latihan pernapasan. Ini merupakan teknik paling sederhana yang bisa dilakukan oleh semua orang dalam momen apapun. Bahkan mungkin kamu secara tidak sadar sudah melakukannya pada momen-momen tertentu. Sesungguhnya ada berbagai teknik pernapasan yang bisa dilakukan namun salah satu yang paling sederhana adalah dengan menarik napas dalam, menghitung mundur dari 5, 4, 3, 2, 1 dan kemudian menghembuskannya. Kamu juga bisa meningkatkan manfaat teknik ini dengan coba menjawab pertanyaan “Apa yang saat ini sedang kamu rasakan?”

  2. Personal mantra. Ini juga teknik sederhana lainnya yang bisa kamu terapkan. Seperti namanya “personal mantra” adalah sebuah kalimat yang bisa kamu ucapkan ke dirimu untuk membantumu merasa tenang atau merasa lebih baik. Beberapa contoh personal mantra seperti “Semua akan baik-baik saja”, “Aku pasti bisa”, “Harapan selalu ada”, dan “Aku tidak sendiri”. Tentunya kamu bisa membuat kalimatmu sendiri sesuai keinginanmu.

  3. Menulis Jurnal. Menulis jurnal juga bisa menjadi salah satu teknik regulasi emosi yang bisa kamu coba. Aktivitas ini bisa kamu lakukan di akhir hari ataupun di waktu luangmu. Berbagai penelitian telah menemukan bahwa menulis jurnal punya efek yang positif terhadap kesehatan mental, regulasi emosi, dan resiliensi individu. Kamu bisa mencoba menuliskan apa yang terjadi dalam kehidupanmu hari ini, 3 hal yang kamu syukuri, ketakutan atau kecemasanmu, ataupun ide menarik yang ingin kamu coba.

  4. Olahraga. Teknik yang satu ini tidak perlu dipertanyakan lagi ya, selain manfaat kesehatan yang sudah diketahui orang banyak, olahraga juga ternyata bisa menjadi salah satu teknik regulasi emosi yang membantumu menjaga kesehatan mentalmu ya.

  5. Mindfulness. Adapun mindfulness merupakan suatu teknik yang mendorong kamu untuk bisa fokus pada momen saat ini termasuk dengan apa yang sedang terjadi dalam perasaanmu, pikiranmu, dan informasi yang sedang diterima oleh panca indramu. Dengan mempraktikan mindfulness kamu dapat mengenali apa saja yang terjadi di dalammu dan juga di sekitarmu. Salah satu teknik mindfulness yang pernah kamu dengar adalah meditasi. Meskipun memiliki berbagai manfaat namun banyak orang yang kerap kali kesulitan melakukan meditasi, namun kamu tidak perlu khawatir ya kamu juga bisa mencoba melakukan mindfulness walking, mindfulness eating, ataupun mindfulness showering. Nah kamu bisa pelajari berbagai teknik mindfulness lainnya di sini ya https://www.eudai.id/post/5-teknik-mindfulness-yang-bisa-kamu-praktikkan-dalam-keseharianmu


Nah itulah berbagai cara regulasi yang bisa kamu coba ya. Jangan langsung memaksakan dirimu untuk ahli dalam berbagai teknik ini ya, sebaliknya mulailah perlahan dan temukan teknik yang paling sesuai untuk dirimu.


Referensi

  1. Beaumont, J., Putwain, D. W., Gallard, D., Malone, E., Marsh, H. W., & Pekrun, R. (2023). Supplemental Material for Students’ Emotion Regulation and School-Related Well-Being: Longitudinal Models Juxtaposing Between-and Within-Person Perspectives. Journal of Educational Psychology, 115(7), 932–950. https://doi.org/10.1037/edu0000800.supp

  2. Fuentealba-Urra, S., Rubio, A., González-Carrasco, M., Oyanedel, J. C., & Céspedes-Carreno, C. (2023). Mediation effect of emotional self-regulation in the relationship between physical activity and subjective well-being in Chilean adolescents. Scientific Reports, 13(1). https://doi.org/10.1038/s41598-023-39843-7

  3. Morrish, L., Rickard, N., Chin, T. C., & Vella-Brodrick, D. A. (2018). Emotion Regulation in Adolescent Well-Being and Positive Education. In Journal of Happiness Studies (Vol. 19, Issue 5, pp. 1543–1564). Springer Netherlands. https://doi.org/10.1007/s10902-017-9881-y

  4. Yang, S., Jing, L., He, Q., & Wang, H. (2024). Fostering emotional well-being in adolescents: the role of physical activity, emotional intelligence, and interpersonal forgiveness. Frontiers in Psychology, 15. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2024.1408022

  5. Young, K. S., Sandman, C. F., & Craske, M. G. (2019). Positive and negative emotion regulation in adolescence: links to anxiety and depression. In Brain Sciences (Vol. 9, Issue 4). MDPI AG. https://doi.org/10.3390/brainsci9040076

  6. Yuliana. (2019). Emotion Regulation in Enhancing Academic Performance. International Journal of Theory and Application in Elementary and Secondary School Education (IJTAESE), 1(1), 96–108. https://doi.org/10.31098/ijtaese.v1i1


bottom of page