top of page
  • Writer's pictureFrida Condinata

Anxiety: Your Daily Friends

Updated: Jul 8


Anxiety

Pernahkah kamu merasa cemas? Pernahkah kamu berpikir ”saya seharusnya bisa mengerjakan ini lebih baik deh” atau “seharusnya tadi aku tidak ngelakuin atau melakukan itu deh”. Apapun bentuk pertanyaan yang muncul di benak kita, semua orang pasti pernah merasa ragu dengan keputusan yang dibuat ataupun perilaku yang sudah dilakukan.


Kecemasan atau dalam bahasa Inggris-nya yaitu anxiety merupakan kondisi atau reaksi umum yang dihasilkan dari rasa takut atau perasaan yang kurang nyaman. Kecemasan adalah respons normal yang muncul ketika terdapat ancaman, namun kecemasan akan menjadi tidak normal ketika sudah melebihi proporsi dari ancaman yang sebenarnya ataupun ketika terjadi tanpa sebab. 

 

Tanda-tanda seseorang ketika sedang merasa cemas muncul dalam bentuk gejala fisik, perilaku, maupun pikiran.


Gejala fisik terdiri dari:

  1. Tremor.

  2. Merasa kesulitan untuk bernapas.

  3. Merasa pusing.

  4. Berkeringat.

  5. Jantung berdebar-debar.


Bentuk perilaku terdiri dari:

  1. Adanya keinginan untuk menghindar ketika menghadapi situasi yang membuatnya tidak nyaman, seperti memasuki lingkungan baru, dll.

  2. Adanya perilaku freeze (mematung, tidak mampu untuk bergerak atau bereaksi) dalam durasi tertentu ketika melakukan sesuatu.

Pemikiran yang muncul terdiri dari:

  1. Memiliki pikiran yang sulit dikendalikan (overthinking).

  2. Memiliki pikiran akan kejadian yang belum tentu terjadi.

  3. Memiliki pikiran akan rasa takut, seperti takut akan masa depan, dan bersikap pesimis.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa merasa cemas:

  1. Lingkungan Faktor lingkungan dapat disebabkan dari adanya permasalahan yang pernah terjadi padanya, seperti mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan ketika masa kecil, ataupun adanya pengaruh pola asuh dari orang tua yang kurang sesuai.

  2. Genetik Faktor genetik merupakan faktor keturunan. Misalkan, anggota keluargamu ada yang seringkali mengalami kecemasan, sehingga besar kemungkinan akan berdampak pada keturunannya.

  3. Biologis Pusat pemrosesan emosi ada dalam bagian otak yang disebut amygdala. Di dalam amygdala, terdapat nukleus stria terminalis yang biasanya bekerja untuk merespons terhadap rangsangan dari luar sebagai ancaman. Kemudian, sinyal bahaya ini dikirim ke bagian otak lain yaitu hipotalamus—yang meneruskan sinyal ke seluruh tubuh dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik. Pada akhirnya, terjadi pelepasan epinefrin (adrenalin) yang membuat otak menjadi waspada, mempertajam indera, dan menuntut seseorang menjadi waspada berlebihan terhadap lingkungan sekitar.


You may not control, all the events that happen to you, but you can decide not to be reduced by them. — Maya Angelou.

21 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page