Seringkali Terpicu oleh Masa Lalu? Belajar Kendalikan Dirimu
- Jennifer Amanda
- Apr 18
- 3 min read

Dalam menjalani kehidupan, tidak jarang tiba-tiba kita mengingat suatu kejadian negatif di masa lalu seperti mengingat rekan keluarga kita meninggal, kisah percintaan bersama pasangan, atau pernah diperlakukan tidak adil oleh atasan saat bekerja. Ketika hal ini terjadi, maka pemicu-pemicu ini akan menimbulkan reaksi emosi atau fisik yang kuat dalam diri sendiri, sampai-sampai kita kembali merasa terbawa masa lalu. Mungkin ini menandakan bahwa Eüdiance sedang dalam kondisi “terpicu” oleh masa lalu atau dikenal sebagai “triggered” dalam bahasa Inggris.
Sistem saraf kita menangkap sesuatu yang diingat sebagai “sesuatu yang tidak aman” meskipun sebenarnya tidak ada yang mengancam kita saat ini. Tubuh kita mulai merespons sebelum otak kita menyadarinya. Contohnya seperti jantung berdebar, dada terasa sesak, menangis, merasa marah, atau sedih secara tiba-tiba. Ketika terpicu dan reaksi emosi meningkat begitu cepat, maka sangat mudah untuk terjebak dalam luapan emosi dan sulit mengendalikan diri. Oleh karena itu, ada baiknya Eüdiance belajar untuk bertahan, tidak terjebak dengan masa lalu, dan mengelola emosi lebih baik.
Kalau begitu, langkah-langkah apa saja yang dapat Eüdiance lakukan ya?
Berhenti Sebelum Bereaksi
Dorongan pertama kita mungkin adalah melawan, menutup diri, atau menghindari momen yang membuat kita merasa tidak nyaman. Sebaliknya, coba untuk tarik dan buang napas. Saat kita terpicu, ada baiknya kita melakukan suatu hal yang dapat menenangkan diri seperti memberi diri sendiri waktu sejenak untuk minum air atau menghitung sampai lima.
Periksa Tubuh Kita
Apabila kesulitan untuk menyebutkan apa yang kita rasakan, maka fokuslah pada bagian tubuh yang terasa secara fisik. Contohnya seperti terasa benjolan di tenggorokan dapat menandakan kesedihan. Dada yang sesak mungkin menandakan kecemasan dan ketakutan. Rasa panas di wajah mungkin menandakan kemarahan. Tubuh kita seringkali merasakan emosi terlebih dahulu sebelum kita memproses pikiran kita.
Beri Nama Pada Emosi Kita
Terkadang, ketika mengalami reaksi emosi negatif yang kuat, maka kita sering terbawa suasana atau terjebak dengan emosi tersebut. Hal ini membuat kita seolah-olah menilai dan melabel diri kita sesuai dengan emosi negatif, sehingga kita akan semakin sulit untuk bangkit dan mengelola emosi negatif tersebut. Ketika hal ini terjadi, maka kita perlu menjaga jarak dari perasaan tersebut dengan mengungkapkan perasaan kita melalui kata-kata. Daripada mengatakan “Saya cemas” katakan “Saya merasa cemas”, “Saya mengalami frustasi”, “Saya melihat saya merasa marah”. Hal ini akan mengingatkan kita bahwa emosi adalah pengalaman sementara, bukan siapa diri kita sebenarnya.
Atur Reaksi Kita
Saat pemicu tertentu menimbulkan reaksi emosi negatif yang kuat, maka selanjutnya hal ini akan mengaktifkan sistem saraf kita akan bahaya atau ancaman. Tubuh mungkin akan beralih ke mode melawan, menghindari atau lari, maupun berdiam diri, sehingga kita semakin sulit untuk berpikir jernih. Dengan demikian, penting sekali untuk mengatur reaksi yang dapat membantu kita berfokus pada masa kini.
Beberapa cara yang dapat dicoba mencakup: (1) Tarik napas perlahan lewat hidung, dan hembuskan perlahan lewat mulut; (2) Gerakkan tangan, meregangkan tubuh, melangkah keluar, atau menghirup udara segar sejenak; (3) Sebutkan 5 hal yang dapat dilihat untuk menenangkan diri dan membawa fokus pada lingkungan di sekitar kita; (4) Alih-alih terjebak dalam masa lalu, ingatkan diri sendiri bahwa kita berada di masa kini dan aman.
Biarkan Emosi Negatif Berlalu
Emosi negatif mungkin dapat terasa tidak nyaman di saat itu dan terasa mendesak, akan tetapi tidak akan bertahan selamanya. Semakin kita menolak, memendam, atau menekannya, semakin kuat reaksi emosi negatif yang dirasakan. Jika membantu, kita dapat memberikan afirmasi pada diri sendiri seperti “Aku tahu ini tidak enak, tapi perasaan ini tidak akan bertahan selamanya”, “Aku tahu ini tidak nyaman, namun aku bisa menghadapinya” sembari berfokus kembali pada hal-hal yang bisa kita lakukan di saat itu. Kita juga dapat membayangkan suatu tempat atau hal yang membuat kita merasa tenang seperti pantai, gunung, langit, atau lagu favorit. Melalui berlatih hal-hal di atas, kita belajar untuk bertahan menghadapi emosi negatif tanpa harus memendam, menghindar, terjebak atau terbawa arus reaksi yang kuat.
Setelah mendapatkan beberapa cara yang lebih baik untuk saat terpicu atau triggered, maka kita juga perlu persiapan apabila terdapat pemicu berikutnya. Penyembuhan tidak berarti tidak pernah terpicu atau triggered. Penyembuhan berarti kita menyadari apa yang terjadi dengan diri sendiri dan memiliki cara untuk mengelolanya secara lebih efektif. Identifikasi apa yang membuat kita merasa terpicu dan bagaimana kita ingin meresponsnya. Jika kita tahu situasi tertentu akan menantang, maka latihlah cara-cara bagaimana kita perlu menghadapinya. Semakin banyak berlatih, maka semakin banyak kendali yang dapat kita peroleh. Apabila Eüdiance kesulitan untuk mengelola diri saat merasa terpicu, segera konsultasikan dengan tenaga profesional ya.