top of page

Overcoming Limiting Beliefs: Willfully, Not Just Hopefully

  • Writer: Winnie Hakim
    Winnie Hakim
  • Oct 24
  • 4 min read

Updated: 11 hours ago

In a cozy classroom filled with books, a young girl confidently shares her drawing with her classmates during show-and-tell, while the teacher observes.

Pada saat itu, usia Anita 8 tahun. Pertama kalinya, Anita harus berdiri di depan kelas untuk menceritakan hasil karyanya. Baru beberapa kata dikeluarkan, namun Anita mendengar bahwa teman-temannya berbisik dan tertawa. Anita mulai terbata-bata, berkeringat dingin, dan pipinya memerah. Reaksi tersebut memicu respons teman-teman Anita yang makin menertawakannya. Sejak saat itu, Anita bertekad bahwa ia tidak ingin lagi berbicara di depan umum.


Tahun demi tahun berlalu, Anita masih mengalami kesulitan yang sama. Sekarang ia sudah kuliah, namun ia tidak bisa menghadapi kesulitan ketika harus maju untuk presentasi. Anita memiliki pikiran dan kepercayaan bahwa dirinya tidak akan pernah mampu berbicara di depan umum. Setiap ada kesempatan untuk public speaking, Anita selalu menolaknya karena merasa tidak mampu. Pada akhirnya, Anita mengalami kesulitan ketika harus dihadapkan pada situasi yang menuntutnya untuk berbicara di depan umum, baik saat perkuliahan maupun pekerjaan.


Apa itu Limiting Beliefs?


Limiting beliefs adalah kepercayaan yang menetap begitu lama dalam diri. Ini bukan karena seseorang memang tidak mampu, atau kurangnya kesempatan yang diberikan. Namun, ini adalah suara dalam pikiran yang membuat kita percaya bahwa hal-hal tersebut adalah benar. Dalam kasus Anita, ia percaya bahwa dirinya tidak akan pernah mampu melakukan public speaking. Ini adalah kepercayaan yang mengakar dalam dirinya.


Apakah kalian pernah berada dalam situasi seperti Anita? Terkadang, hambatan-hambatan tersebut tidak hanya datang dari luar, tetapi juga ada di dalam diri kita. Mungkin kalian ingin mempelajari hal baru. Namun, kalian berpikir bahwa kalian tidak mampu dan merasa kesulitan. Akibatnya, meskipun kalian membutuhkan skill baru tersebut, kalian tetap tidak melakukannya.


Contoh-contoh Limiting Beliefs yang Mungkin Muncul


Sekarang mungkin kalian bertanya-tanya mengenai diri sendiri dan muncul berbagai pikiran yang mungkin menghantui kalian selama ini:


  • “Aku tidak pernah cukup baik.”

  • “Aku tidak cukup pintar.”

  • “Aku bukan orang yang pantas.”

  • “Aku harus menjadi sempurna.”

  • “Siapapun pasti lebih baik dari aku.”

  • “Aku adalah orang yang gagal.”


Mungkin sebagian di atas pernah lewat di pikiran kalian. Mungkin juga ada limiting beliefs lain yang tidak kalian sadari.


Dampak dari Limiting Beliefs


Tidak bisa dipungkiri, hidup kita dipenuhi dengan berbagai pengalaman positif maupun negatif. Pengalaman dari masa kecil, ekspektasi dari lingkungan sosial, dan kegagalan masa lalu dapat menciptakan limiting beliefs tersebut. Mereka menjadi sebuah ‘kenyataan’ bagi kita dalam melihat diri sendiri atau sebuah kesempatan. Alhasil, limiting beliefs jika terus dibiarkan akan menimbulkan dampak berikut:


  1. Membatasi Diri dari Pertumbuhan

    Semua pertumbuhan akan datang dengan rasa tidak nyaman. Sama seperti bayi yang baru belajar berjalan, mereka mungkin merasa tidak nyaman dan harus menghadapi risiko jatuh berkali-kali. Namun, rasa tidak nyaman tersebut perlu dilawan agar kamu bertumbuh dengan seharusnya. Ingat, rasa tidak nyaman tidak selalu mengartikan bahwa itu adalah ancaman.


  2. Menurunkan Rasa Percaya Diri

    Tanpa kamu sadari, kepercayaanmu dan pikiran tersebut menjadi makananmu sehari-hari. Jika setiap harinya kamu makan makanan tidak bergizi, maka kamu rentan sakit. Begitu juga dengan limiting beliefs yang kamu tanamkan setiap harinya akan berakhir membuatmu semakin tidak percaya diri dan menghindar.


  3. Mengulang Pola Negatif

    Kepercayaan tersebut membuatmu makin mengulang sikap yang sama. Misalkan kamu merasa selalu gagal, jadi kamu memilih untuk tidak mengeluarkan usahamu karena berpikir akan gagal. Hasilnya? Tentu karena tidak maksimal, kamu gagal lagi dan sebaliknya hal ini makin menguatkan keyakinan awalmu.


  4. Memengaruhi Hubungan dengan Orang Sekitar

    Tidak hanya menghambat diri sendiri, limiting beliefs bisa menghambat hubunganmu. Jika kamu berpikir, “Aku tidak layak dicintai,” maka tanpa sengaja kamu memilih untuk menarik diri dari hubungan atau tidak mau membuka diri. Kamu juga dapat tinggal dalam hubungan yang sebetulnya tidak baik untukmu.


  5. Mengganggu Kesehatan Mental Secara Keseluruhan

    Tanpa kamu sadari, limiting beliefs menjadi sebuah core value yang kemudian mengganggu kesejahteraanmu secara keseluruhan. Kamu akhirnya mungkin sering merasa cemas, frustrasi, atau bahkan stuck di tempat yang sama karena tidak menyadari bahwa masalahnya datang dari internal dirimu dan bukan faktor eksternal.


Cara-cara Mengatasi Limiting Beliefs


  1. Sadari Limiting Beliefs yang Ada

    Perhatikan suara yang datang dalam kepalamu. Lalu tanyakan kembali suara tersebut:

  2. “Apa bukti bahwa aku orang yang gagal?”

  3. “Apa yang membuatku ragu melangkah?”

  4. “Mengapa pikiran ini bisa ada?”

  5. “Apa pikiran ini masih relevan sekarang?”


  6. Mengganti Harapan dengan Kehendak

    Harapan adalah hal yang penting, tetapi tanpa tindakan, harapan menjadi sia-sia. Ubahlah keinginanmu untuk berubah menjadi sebuah aksi yang nyata. Ketika menyadari pikiran tersebut muncul, coba berikan sebuah tantangan.

  7. Limiting belief: “Saya adalah orang yang gagal.”

  8. Tantangan: “Semua orang pernah mengalami kegagalan, tapi bukan berarti seterusnya akan terus gagal dan menjadi orang yang gagal dalam hidup.”

  9. Limiting belief: “Saya tidak akan mungkin bisa melakukan public speaking.”

  10. Tantangan: “Tanpa latihan dan belajar, mungkin tidak akan bisa. Tetapi semua kesuksesan datang dari proses belajar. Tidak terlambat untuk memulai sekarang.”


  11. Mulailah dari Langkah-langkah Kecil

    Jika menunggu untuk siap berubah, akan sangat sulit. Sebaliknya, lakukan tanpa berpikir terlalu banyak mengenai ke depannya. Mulailah dari langkah paling terkecil. Sebagai contoh, jika kamu tidak merasa mampu melakukan public speaking, maka langkah pertama adalah mencoba untuk membaca sebuah isi buku dengan lantang ketika kamu sendirian. Kamu dapat berlatih terus sampai akhirnya bisa lanjut ke langkah berikutnya.


"If you accept a limiting belief, then it will become a truth of you." -– Louise Hay

Dengan memahami dan mengatasi limiting beliefs, kita dapat membangun kepercayaan diri yang lebih kuat. Ini adalah langkah awal untuk mencapai potensi penuh kita, terutama dalam public speaking.

bottom of page